Wednesday, December 23, 2009

Globalisasi & Reaganomics

“Agar dalam proses membuka ekonomi kita bagi lalu lintas dagang dan investasi dunia luar, jangan sampai orang luar itu menunjukkan tanda dominasi yang menyolok” (Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, hal. 87)
_____________________________________________

Istilah "Globalisasi " digunakan untuk menggambarkan kegiatan perusahaan multi-nasional AS pada pertengahan 80-an ketika Presiden Ronald Reagen melancarkan "revolusi neoliberal" yang salah satu tujuan utamanya adalah membiayai program-program persenjataan AS dalam pertempurannya dengan blok komunis. Theodore Levit seorang matan profesor marketing dari Harvard Business School telah menggunakan istilah "Globalisasi" dari tahun 1985.

Ronald Reagan, sebagaimana diketahui adalah presiden AS berasal dari Partai Republik membuat beberapa kebijakan strategis pada waktu kurun pemerintahannya, diantaranya : (1) mengambil kebijakan defisit anggaran untuk menumbuhkan ekonomi negaranya, (2) membiarkan nilai dollar merosot, (3) royal memotong pajak dan (4) menaikkan suku bunga untuk menarik modal asing guna membiayai pertumbuhan ekonomi AS. Kebijakan seperti seperti inilah yang menjadi model ekonomi Reagan atau yang disebut "Reaganomics".

Kebijaksanaan "Reaganomics" yang suka menaikkan suku bunga punya dampak secara langsung. Bagi para pengusaha, hal tersebut membuat mereka harus membayar kembali kredit dengan bunga tinggi. Akibatnya, barang-barang yang sebagian ongkos pembuatannya dibiayai oleh kredit bank menjadi lebih mahal. Dilemanya: apakah menaikkan harga barang dengan risiko tak laku, ataukah hanya mengambil sedikit keuntungan dengan akibat bisa-bisa tak lagi bisa berproduksi. Intinya produk-produk dalam negeri (AS maksudnya) tidak memiliki nilai kompetitf dibandingkan produk asing.

Oleh karena itu cukup banyak perusahaan AS pada waktu itu yang melakukan restrukturisasi dengan cara berinvestasi di negara yang memiliki upah buruh rendah sehingga diharapkan produk mereka kembali memiliki nilai kompetitif disamping mereka melakukan penetrasi pasar di negara tersebut. Satu contoh, dalam suatu tulisan berjudul "Workers Face Uphill Battle on Road to Globalization" dijelaskan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Guandong (China) di atas 10%, namun gaji buruh pada saat ini hampir sama dengan tahun 90an yaitu sekitar $50-70 per bulan.

Menurut Friedman dalam bukunya "The World is Flat" dikatakan bahwa pada saat ini masyarakat dunia masuk ke dalam globalisasi "versi 3.0". Globalisasi versi 1.0 dimulai pada saat masa kolonialisme, maka pada saat itu beruntunglah seseorang yang menjadi negara penjajah. Sementara itu peta kesuksesan globalisasi versi 2.0 ditandai dengan munculnya perusahaan "Multi-nasional Company (MNC)". Sedangkan globalisasi versi 3.0 tidak lagi mementingkan kewarganegaraan atau menjadi bagian dari MNC namun yang paling penting adalah pemberdayaan individu yang didukung oleh kekuatan dari "Information Technology".

Namun demikian globalisasi seperti kuda troya, ia menciptakan masyarakat elit yang super kaya. Ketika MNC ingin berinvestasi di negara berkembang yang memiliki upah buruh super murah itu, mereka tentu menjalin hubungan dengan para borjuis dan birokrat lokal yang pada akhirnya membuat para borjuis lokal itu melesat mengalami mobilitas vertikal hingga ke tingkat teratas. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Profesor (Emiritus) Edward S. Herman dari Wharton School, University of Pennsylvania dalam tulisannya yang berjudul "The Threat of Globalization".

Karena masyarakat elit super kaya dapat membeli partai politik dan mengatur arah dan gerak parpol melalui "money politics" yang mana tujuannya tidak lain adalah mengamankan aset-aset feodal mereka dan semua kekayaan kaum borjuis tersebut.

Pustaka :

(1) Bung Hatta Menjawab. Mohammad Hatta. PT. Toko Gunung Agung Tbk. 2002
(2) Masalah-masalah Sosial. Paul Tangdilitin. 2007.
(3) http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=55
(4) http://www.klubsaham.com/index.php?name=News&file=article&sid=28&theme=Printer
(5) http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1989/01/28/LN/mbm.19890128.LN24487.id.html

Mudah2an Bermanfaat
pk

No comments:

Post a Comment